DBasia.news – Dalam sejarah 122 tahun berdirinya AC Milan sudah begitu banyak pemain-pemain legendaris yang bermain di sana. Tidak ada habisnya membahas legenda-legenda dari tim pemenang tujuh titel Liga Champions.
Salah satu dari banyaknya legenda itu adalah Ricardo Izecson dos Santos Leite atau yang biasa disapa Kaka. Gelandang serang elegan asal Brasil memenangi Ballon d’Or pada 2007 dan menjadi ‘manusia’ di antara dua alien yang mendominasinya, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Juara Piala Dunia 2002 itu bermain di Milan pada medio 2003-2009 dan periode kedua pada 2013-2014. Selain Milan, pemenang satu titel Serie A dan Liga Champions juga pernah membela Real Madrid dan Orlando City.
Kini Kaka telah pensiun dan dalam kesempatan itu ia menjawab pertanyaan fans untuk FourFourTwo. Kaka mengenang salah satu gol terbaik dalam kariernya. Ada tiga momen yang diingatnya dengan baik.
Satu pada Liga Champions 2007 kala ia mencetak gol gawang Manchester United di semifinal, kemudian dua gol lainnya pada Piala Dunia 2006 melawan Kroasia serta laga uji coba melawan Argentina di tahun yang sama, ketika Kaka bertemu dengan Lionel Messi.
“Untuk klub, ini (gol terbaik) kedua saya di Old Trafford, karena itu adalah gol yang indah dan juga sangat penting (ke gawang United),” tutur Kaka.
“Untuk Brasil, gol terpenting adalah melawan Kroasia di Piala Dunia 2006: itu hanya sebelum jeda babak pertama dan akhirnya menjadi satu-satunya gol.”
“Tapi saya harus menyebutkan satu yang saya cetak melawan Argentina dalam pertandingan persahabatan 2006 di stadion Arsenal. Saya pada dasarnya berlari dari kotak ke kotak dan Leo Messi berlari di belakang saya, mencoba menghentikan saya. Saya sangat menyukai itu.”
Gol yang tercipta di Old Trafford oleh Kaka memang indah dan layak jadi salah satu yang terbaik. Kaka mendribel bola dan menggunakan kepalanya untuk memindahkan bola, lalu dua bek United Patrice Evra dan Gabriel Heinze dibuat bertabrakan satu sama lain.
Itu memperlihatkan kejeniusannya bermain sepak bola dan dibarengi dengan talenta alamiah Kaka. Dia juga total mencetak tiga gol yang membawa Milan melalui hadangan United di semifinal dan kemudian mengalahkan Liverpool di final.
Menjelang akhir kariernya performa Kaka memang jauh dari kata memuaskan dan banyak cedera. Tapi di kala prima sangatlah sulit merebut bola dari kakinya. Periode 2006 hingga 2008 merupakan momen terbaik dalam kariernya.
“Antara 2006 dan 2008, saya berada di puncaknya baik secara fisik maupun mental. Anda dewasa dan tubuh Anda memahami dan bereaksi sempurna terhadap apa yang perlu dilakukan,” imbuh Kaka.
“Saya cukup tenang untuk membuat keputusan yang tepat selama periode itu, dan saya tampil dengan performa hebat selama tiga tahun itu.”
“Salah satu melawan Manchester United adalah yang terbaik, pastinya. Kedua leg itu tak terlupakan. Banyak jurnalis Italia dan penggemar Milan menganggap pertandingan di San Siro (kemenangan 3-0) pertandingan yang sempurna,” urai dia.