DBasia.news – Pelatih Inter Milan Antonio Conte mengaku gembira melihat pasukannya telah mengirim sinyal konsistensi setelah sukses menaklukkan SPAL dengan skor mencolok, 4-0, di lanjutan Serie A Italia.
Satu hasil negatif lagi, SPAL akan terdegradasi ke Serie B musim depan. Sementara, Nerazzurri kini merapatkan jarak jadi enam poin dengan Juventus di puncak klasemen sementara Serie A, dengan kampanye musim ini tersisa lima pertandingan lagi.
“Hal terpenting bagi kami adalah mengirim sinyal konsistensi kami, keyakinan kami, rasa lapar dan tekad kuat kami. Sebab laga-laga seperti ini di atas kertas tampak mudah, tapi kami tahu tidak ada pertandingan yang mudah,” tuturnya selepas pertandingan.
“SPAL adalah lawan yang sulit dan akan terus demikian. Kami ingin mengamankan spot Liga Champions, memposisikan diri kami kembali di peringkat kedua dan mendekatkan diri kepada tim yang berada di depan kami, bahkan ketika mereka jauh dari kami,” sambungnya.
“Saya kira, sinyal yang dikirim oleh tim ini adalah kekuatan mental. Bahkan ketika kami menghadapi krikil sepanjang jalan dan membayar harga yang mahal untuk itu,” kata Conte lagi.
Conte menyatakan bahwa gol pembuka datang ketika empat attacker bermain melebar di pertahanan SPAL lalu beralih dengan kecepatan mereka dan menemukan Antonio Candreva yang tak terkawal di posisi yang tepat. Skema ini, menurutnya, adalah sesuatu yang biasa dia terapkan di awal-awal dia melatih.
“Ini adalah tipikal pergerakan dari taktik 4-2-4 yang saya pakai di Bari dan Siena. Ini memuaskan ketika Anda mencetak gol dengan tipe gol seperti itu, karena Anda melihat pekerjaan mulai berubah,” jelasnya.
Soal penampilan Christian Eriksen yang belum terlalu stabil, Conte memaklumi. Dalam pandangannya, sang playmaker sedang berjuang menghadapi kehidupan baru di Italia.
“Christian berlatih, dia berusaha untuk masuk ke dalam mekanisme tim dan liga di sini, yang lebih taktikal dibanding di Inggris. Dia adalah pemain dengan kualitas, dia berusaha meningkatkan tim, berusaha lebih agresif ketika menekan, dan inilah yang kami minta dari dia,” papar Conte.
“Saya puas dengan dia. Dia terus berlatih, seperti pemain lainnya. Dia pemain yang cukup segan, yang sedang berjuang menghadapi realita baru, sebuah tipe baru dalam sepakbola. Dia adalah orang yang baik, dia datang tidak dengan sikap arogan, tapi di saat yang sama dia harus memahami bahwa rasa segan boleh-boleh saja di luar lapangan. Tapi dia harus beradaptasi dan memahami situasi-situasi tertentu,” ulasnya.
“Eriksen tidak menciptakan masalah. Dia ingin mencapai hal-hal penting bersama Inter,” jelas Conte.
“Sejak lockdown, kami mengubah taktik jadi 3-5-2 untuk memainkan antara lini dengan Eriksen, jadi para penyerang juga mengubah pergerakan mereka. Itu mungkin kebetulan. Tapi saya menilai, kami hanyalah tim dengan 18 pencetak gol berbeda, jadi kami berlari sedikit lebih berisiko dibanding dulu, tapi kami lebih tidak terprediksi dan menekan para pemain ke depan dari gelandang mendukung lini serang,” tandas eks pelatih Chelsea dan Juventus itu.
Minggu ini, Inter akan melanjutkan petualangan mereka di sisa Serie A musim ini dengan berkunjung ke ibu kota Italia, di mana mereka akan bentrok dengan Roma di Olimpico Stadio.