DBasia.news – Premier League disebut liga terbaik dunia karena banyak menciptakan momen dramatis baik tim papan bawah hingga papan atas klasemen. Hasil pertandingan pun sulit ditebak, begitupun dengan juara Premier League juga mengejutkan.
Jauh sebelum Leicester City arahan Claudio Ranieri mengukir sejarah cerita cinderella pada musim 2015-16, ada Blackburn Rovers besutan Kenny Dalglish – legenda dan ikon Liverpool – pada musim 1994-95.
Tiga tahun setelah Premier League dikenalkan setelah sebelumnya masih menggunakan format Divisi Satu, Blackburn di luar dugaan mengejutkan publik di Inggris dan Eropa dengan keberhasilan mereka menyabet titel Premier League.
Dalam sejarah berdirinya klub berlambang bunga mawar sejak 1875 (145 tahun lalu), Rovers hanya tiga kali menjadi juara Divisi Satu atau Premier League. Dan titel ketiga itu diraih pada 1995 setelah 81 tahun lamanya.
Liverpool, Newcastle United, dan Trelleborg menyingkirkan Blackburn dari ajang Piala Liga, Piala FA, dan Piala UEFA (Liga Champions). Akan tapi Blackburn merasakan berkah darinya hingga mereka bisa fokus bermain di Premier League.
Dengan fokus 100 persen ke liga, Dalglish memanfaatkan dengan baik kualitas skuad yang dimilikinya dari pemain-pemain seperti: Tim Sherwood, Graeme Le Saux, Henning Berg, Shay Given, Alan Shearer, dan Chris Sutton.
Dua nama yang disebut terakhir menjadi aktor utama di balik keberhasilan Rovers memenangi Premier League. Gol-gol dan kerja sama keduanya menjadi momok nyata pertahanan lawan.
Menilik data dari Squawka, Shearer bermain 42 kali dengan catatan 34 gol dan 13 assists, sementara Sutton 40 pertandingan dengan torehan 15 gol dan 10 assists – total 49 gol di antara keduanya dari total 80 gol Blackburn pada 42 laga.
Pertarungan ketat merebutkan titel Premier League berlanjut hingga pekan terakhir. Hasil imbang 1-1 Manchester United kontra West Ham United memberikan titel Premier League kepada Rovers, meski mereka kalah 1-2 dari Liverpool.
Rovers juara dengan raihan 89 poin, diikuti Man United dengan 88 poin serta Nottingham Forest (77 poin), Liverpool (74 poin), dan Leeds United (73 poin). Sampai saat ini duel SAS Shearer-Sutton masih menjadi salah satu duet lini depan terbaik dalam sejarah sepak bola Inggris.
“Sutty (Sutton), saya tidak tahu apakah Anda ingat, tapi saya merindukan semua pramusim kami (menjelang musim saat mereka menjadi juara). Kemudian kami bermain tandang ke Southampton di pertandingan pertama kami dan kami (Shearer-Sutton) langsung cocok,” kenang Alan Shearer yang kini jadi pandit sepak bola.
“Kemudian pada pertandingan berikutnya, Leicester di kandang, kami berdua mencetak gol. Kami cocok dengan sistem itu. Itu berhasil,” tambah dia.