DBasia.news – Isu pengaturan skor sedang ramai dibahas di Indonesia belakangan ini. Gede Widiade, selaku Direktur Utama Persija Jakarta, turut angkat bicara mengenai isu tersebut.
Hanya saja, kerap lenyap karena tidak ada tindakan nyata. Karena itu, Gede Widiade ingin ada langkah nyata apabila ada temuan.
“Match fixing di Indonesia sudah biasa, tapi apakah ada buktinya? Saya mantan lawyer. Ada orang mengaku maling, tapi didiamkan saja. Buat apa membicarakan, kalau maling mengaku tapi tidak ditangkap,” kata Gede Widiade dalam diskusi PSSI Pers bertajuk Citra Negatif Sepakbola Nasional di Kemang, Jakarta, Jumat (30/11) sore.
Gede Widiade meyakini match fixing akan terus berlanjut apabila tak diselesaikan secara tuntas. “Ya, begini-begini saja.”
“Match fixing dan pengaturan skor itu pidana. Kalau bukan delik aduan harusnya polisi tangkap. Kalau delik aduan siapa yang merasa dirugikan. Kalau federasi tidak berani harusnya masyarakat melakukan class action, sangat mudah.”
“Tapi biasa di Indonesia, teriak-teriak, sepuluh menit hilang. Dulu saya juga dituduh menerima suap ketika menjadi manajer SEA Games. Saya dituduh seseorang yang bersembunyi di balik benteng kuat. Lucunya lagi suapnya 100 juta, sementara saya mengeluarkan miliaran untuk pembiayaan timnas. Saya harus tuntut? Saya tahu kredibilitas yang bikin isu, sama-sama saja.”
Gede Widiade menambahkan bahwa pihak yang terlibat dengan sendiri akan diketahui apabila nama yang telah muncul ditangkap. “Sebentar itu, paling nggak sampai seminggu ketahuan pemainnya, baik dalam liga, PSSI siapa. Asal ada kemauan,” ujar Gede Widiade.