DBasia.news – Watford menjadi satu di antara kejutan pada Premier League 2018-2019, setidaknya, hingga pekan keempat. Kendati tak bergelimang pemain bintang, namun Watford belum terhentikan.
Teranyar, The Hornets membungkam calon jawara, Tottenham Hotspur, 2-1 pada laga pekan keempat Premier League 2018-2019, di Vicarage Road, Minggu (2/9) waktu setempat. Dua gol kemenangan Watford dikreasikan Troy Deeney (69′) dan Craig Carhcart (76′). Hasil itu membuat skuat asuhan Javi Garcia tersebut menduduki peringkat ketiga dengan 12 poin.
Satu di antara pemain yang menjadi bintang yakni Troy Deeney. Tidak hanya mencetak gol, namun pemain 30 tahun tersebut mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pemimpin di atas lapangan. Dia terlihat tenang menghadapi keadaan yang terjadi di dalam lapangan.
Menurut Tranfermarkt, Deeney telah mendulang 113 gol plus 53 assist dalam 337 pertandingan. Adapun Opta melansir pesepak bola asal Inggris tersebut menjadi pemain keempat yang mampu selalu mendulang gol dalam 100 pertandingan bersama Watford.
Sebelum menjadi pesepak bola, Deeney pernah menjalani pekerjaan sebagai tukang batu. Kesempatan datang saat Walsall memberinya kesempatan unjuk gigi. Pada musi panas 2010, Watford memboyongnya dengan mahar 500 ribu pounds.
Namun, Deeney gagal merajut mimpinya sebagai pesepak bola papan atas. Ia lebih banyak pergi ke tempat hiburan malam dan menghabiskan uangnya dengan meminum minuman keras.
Watford
Pada suatu malam di Februari 2012, Deeney kembali melakoni kebiasaan buruknya. Bersama teman-temannya Deeney membuat kekacauan di Broad Street. Keadaan kian memburuk setelah saudaranya terlibat dalam perkelahian.
“Dalam hitungan detik saya lupa apa dan siapa saya. Saya melihat keributan itu dan berpikir satu-satunya orang yang tidak saya pukul adalah orang yang dikenal. Orang lain adalah target,” jelas Deeney seperti dikabarkan Daily Mail.
Rekaman CCTV menunjukkan Deeney terlibat aktif dalam perkelahian pada malam itu. Bahkan, dia terlihat menendang kepala seorang siswa hingga terjatuh. “Itulah penyesalan terbesar saya. Saya memukul pria itu dan dia terjatuh. Saya berbalik dan mulai bertarung lagi,” sebut sang pemain.
Tiga bulan setelah perkelahian tersebut, Deeney mendapatkan kabar buruk. Ayahnya, Paul Anthony Burke, meninggal dunia akibat penyakit kanker. “Dia tidak suka rumah sakit, tidak suka obat dan tidak suka dokter. Dia baru melakukan sesuatu saat dirinya mulai kesulitan bernapas,” kata Deeney.
Keadaan kian sulit bagi Deeney setelah tiga hari berselang ia dijatuhi hukuman penjara selama 10 bulan. Deeney menjalani hari-harinya di Winson Green kemudian pindah ke penjara terbuka Thorn Cross.
Beruntung, Deeney mendapatkan kompensansi setelah menunjukkan penyesalan yang mendalam dan karena itu merupakan kejahatan pertamanya. Walhasil, sang pemain hanya berada tiga bulan di balik jeruji besi.
Kehidupan penjara membuat Deeney mulai berubah. Emosinya tidak lagi mudah terpancing dan mulai mendekatkan diri kepada keluarga.
Satu di antara orang yang menanggung beban ketika Deeney dipenjara adalah istrinya sendiri, Stacey. Saat itu, hukuman penjara membuat ekonomi keluarga menjadi tidak stabil. Beruntung, rekan satu timnya di Watford, Adrian Mariappa, bersedia memberikan bantuan dengan membayar tagihan.
“Stacey berkata jika saya masuk penjara, dia akan tetap bersama karena saya akan membutuhkan orang yang tidak hanya menginginkan uang milik saya,” ujar Deeney.
Deeney kembali bermain untuk Watford setelah 10 hari keluar dari penjara. Dia menggunakan tanda pada bagian ankle kaki selama pertandingan.
“Masuk penjara adalah hal terbaik yang terjadi pada hidup saya. Dua tahun setelah itu, saya berpikir adalah seorang lelaku karena pergi minum dan membayar untuk semua orang,” kata Deeney.
Kini, Deeney hidup dengan apa yang diminta sang ayah, Pail Anthony Burke. Dia bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya pada suatu malam di Februari 2012. Dia tidak mencari orang lain untuk dijadikan kambing hitam.
Kendati bak mendirikan benang basah, namun bukan tidak mungkin Deneey akan membawa Watford mengulangi cerita dongeng Leicester City yang berhasil merengkuh titel Premier League.