DBasia.news – Manchester United mendapat ancaman karena adanya peretas di dunia maya yang mencoba menyerang. Hingga saat ini, masih dicari materi sensitif apa yang diretas.
Satu yang menjadi kekhawatiran adalah serangan ditujukan untuk mengambil data pemain incaran Manchester United. Serangan siber tersebut melumpuhkan sistem Man United lebih dari satu pekan yang lalu.
Manchester United telah melakukan penyelidikan dengan para ahli siber forensik untuk menemukan materi sensitif apa yang diambil. Para petinggi klub juga menolak jika Man United dikatakan sebagai korban ransomware.
Manchester United jelas masih terhuyung dengan gangguan tersebut. Bahkan, hingga saat ini sistem email klub masih belum bisa diakses.
Petinggi tanggapan insiden di pakar keamanan jaringan Check Point, Jon Nichlolls, memuji Manchester United karena menanggapi serangan tersebut dengan cepat. Namun, serangan tersebut menjadi sinyal bahaya bagi klub besar.
“Tidak jelas jenis serangan apa yang menghantam Man United. Namun, pernyataan mereka menyebut itu mematikan sistem yang terpengaruh untuk menampung kerusakan dan melindungi data,” ulas Jon Nicholls.
“Mungkin serangan pemerasan ganda di mana penyerang mencuri data dan mengancam membocorkannya, serta mengenkripsinya untuk mengganggu operasi.”
“Ini adalah tren yang berkembang pesat pada 2020. Klub sepak bola adalah target utama karena sistem mereka menyimpan detai dari ratusan ribu orang termasuk suporter, karyawan, pemain, data, dan pembayaran yang sensitif,” timpal Jon Nicholls.
Manchester United mengatakan tidak ada sumber eksternal yang memiliki kendali atas sistem mereka. Man United juga bersikeras tidak mengetahui adanya data penggemar yang bocor ke tangan penjahat, meskipun pelacakan forensik masih terus dilakukan di dunia maya.