Chelsea Gagal Amankan Peringkat Satu, Eksperimen Tuchel Gagal

Soccer Football - Champions League - Group H - Zenit St Petersburg v Chelsea - Gazprom Arena, Saint Petersburg, Russia - December 8, 2021 Chelsea manager Thomas Tuchel REUTERS/Anton Vaganov

DBasia.news – Chelsea beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan kala tampil bagus dan menang telak 4-0 atas Juventus di Liga Champions. Posisi pertama grup H pun direbut The Blues dari Il Bianconeri.

Nasib Chelsea untuk menyegel posisi satu grup ada di tangan mereka sendiri saat melawan Zenit Saint Petersburg di Krestovsky Stadium, Kamis (09/12) dini hari WIB. Sementara Juventus melawan Malmo.

Juventus menang 1-0 atas Malmo tapi Chelsea gagal menang dan harus puas bermain imbang 3-3 di Rusia. Dua gol Chelsea lahir dari Timo Werner (2′ 85′) dan Romelu Lukaku (62′), sementara tiga gol Zenit datang dari Claudinho (38′), Sardar Azmoun (41′), dan Magomed Ozdoyev (90+4′).

Alhasil, Chelsea yang tadinya di urutan satu grup H turun ke peringkat dua dengan 13 poin, terpaut dua poin dari Juventus di peringkat pertama. Thomas Tuchel tak mau mengkambinghitamkan pemainnya.

“Jika Anda adalah pelatih Chelsea dan kami kebobolan enam gol dalam dua pertandingan, memberikan keunggulan empat kali, maka ambisi saya untuk berbicara tentang penampilan individu tidak terlalu tinggi. Tidak ada yang bisa bahagia hari ini, tidak ada,” cetus Tuchel di laman resmi UEFA.

“Tingkat teknisnya sangat tinggi, jadi Anda perlu melakukan pekerjaan Anda di level tertinggi. Jika tidak dan perasaan ‘Ini seharusnya baik-baik saja’, Anda akan dihukum karena levelnya terlalu tinggi, dan inilah yang terjadi.”

Pemilihan taktik dan pemain yang diterapkan Tuchel memang disorot selepas laga itu. Pelatih asal Jerman melakukan eksperimen di beberapa pemain dan itu tak berbuah manis.

Pasca dipinjam dari Atletico Madrid di musim panas 2021, Tuchel masih mencari cara untuk mengeluarkan potensi Saul yang disorot karena tampil buruk, meski itu di posisi bermainnya sebagai gelandang.

Pada laga ini Tuchel menempatkannya sebagai bek sayap kiri. Dari sisi ofensif Saul tampil bagus dan itu berbuah gol Werner, tapi dari sisi defensif Saul meninggalkan banyal celah yang dieksploitasi winger Zenit Malcom.

Pada akhirnya Saul digantikan oleh Marcos Alonso di menit 75 dan posisi bek sayap kiri, setelah gelandang, bukan posisi terbaik Saul.

Ini bukan posisi baru untuk Hudson-Odoi karena Tuchel telah mencoba sebelumnya. Tetapi sisi defensif bukan aspek terbaik dari permainan produk akademi Chelsea. Melawan Zenit, Hudson-Odoi dapat bantuan Cesar Azpilicueta pada posisi bek tengah-kanan.

Caranya bertahan bisa dilihat kala Hudson-Odoi menerima kartu kuning dan pada akhirnya digantikan. Tuchel tak mau mengambil risiko, tapi pilihannya memainkan Hudson-Odoi di posisi itu tak efisien.

Jika Anda melihat Trent Alexander-Arnold dijadikan gelandang oleh Gareth Southgate di timnas Inggris, maka hal itu terjadi lagi kepada bek kanan lainnya Reece James yang diturunkan jadi gelandang oleh Tuchel.

James bertandem dengan Ross Barkley di lini tengah pada taktik 3-4-1-2 merupakan hal yang unik. Tuchel mencadangkan Ruben Loftus-Cheek, mengistirahatkan Jorginho, lalu memainkan James-Barkley untuk menggantikan Mateo Kovacic, N’Golo Kante yang cedera.

Lini itu juga dimanfaatkan Zenit kala laga memasuki 20 menit. Chelsea terkenal dengan rapatnya pertahanan mereka, tapi pertahanan itu terbuka lebar dan lini tengah mudah ditembus.