DBasia.news – Karisma seorang Sir Alex Ferguson tampaknya benar-benar membuat banyak orang segan kepadanya. Mark Clattenburg yang berstatus mantan wasit Elite Premier League salah satunya.
Clattenburg punya cerita menarik yang berkaitan dengan Ferguson. Ia pernah memberi kartu merah kepada pria berkebangsaan Norwegia itu karena melakukan protes berlebihan.
Kisah ini diungkapkannya ke dalam sebuah otobiografi berjudul Whistle Blower. Clattenburg menceritakan pengalamannya selama berkarier sebagai wasit.
Momen kartu merah Ferguson terjadi pada November 2007. Saat itu, Manchester United melakoni laga tandang ke markas Bolton.
Dalam pertandingan tersebut, Clattenburg bertugas sebagai wasit utama. Ia ketika itu masih berusia 32 tahun dan baru meniti karier sebagai seorang pengadil lapangan hijau.
Laga berlangsung panas karena Bolton menerapkan permainan keras cenderung kasar untuk mengimbangi Manchester United. Apalagi setelah mereka unggul cepat lewat gol Nicolas Anelka pada menit kesepuluh.
Salah satu korban permainan kasar Bolton adalah Patrice Evra. Bek berkebangsaan Prancis itu setidaknya tiga kali dilanggar dengan keras oleh Kevin Davies pada babak pertama.
Namun Clattenburg hanya memberikan kartu kuning. Hal ini membuat Ferguson mencak-mencak dan melakukan protes di lorong stadion usai babak pertama berakhir.
“Anda tidak memberi kami perlindungan apa pun. Anda tidak punya kendali,” kata Ferguson kepada Clattenburg yang diiringi kata-kata kotor.
Clattenburg dengan cepat mengeluarkan kartu merah untuk Ferguson. Hal itu membuat Fergie tak bisa mendampingi Manchester United di bench sepanjang babak kedua.
Keputusan yang dikeluarkan Clattenburg tentu sudah tepat. Tidak ada yang boleh mengintimidasi wasit apalagi dengan kata-kata kasar.
Yang mengejutkan, Clattenburg justru merasa gemetar usai mengkartu merah Ferguson. Ia khawatir kariernya sebagai wasit akan terhambat akibat keputusannya tersebut.
Namun Clattenburg tidak mungkin menganulir keputusannya. Ia kemudian meminta seorang petugas keamanan wanita di luar ruang ganti Manchester United untuk menahan Ferguson masuk ke lapangan lagi.
Pada akhirnya, Ferguson duduk di tribun penonton sepanjang babak kedua. Ia menggunakan sebuah alat komunikasi untuk berhubungan dengan asistennya di bench.