Cerita Gerard Houllier Sukses di Liverpool dan Bantu MU Dominasi Premier League

DBasia.news – Nama Gerard Houllier tercatat dalam sejarah Liverpool sebagai satu-satunya manajer yang mampu mempersembahkan treble winners. Namun pria berkebangsaan Prancis itu ternyata juga berjasa membantu Manchester United mendominasi Premier League.

Hal itu pasti terdengar aneh mengingat Liverpool dan Manchester United terlibat rivalitas panjang sejak dulu. Houllier juga tentu menyadari hal tersebut.

Jasa Houllier kepada Manchester United itu sebenarnya terjadi secara tidak sengaja. Namun dampaknya sangatlah besar.

Jasa yang dimaksud terwakili dengan sosok Eric Cantona. Houllier membantu pemain flamboyan itu pindah ke Inggris hingga menjadi andalan Manchester United.

Cerita berawal pada Desember 1991 saat Cantona yang masih berusia 25 tahun memutuskan untuk pensiun. Hal itu tak lepas dari konfliknya dengan Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).

Saat memutuskan untuk pensiun, Cantona masih terikat kontrak dengan klub Prancis, Nimes. Namun ia baru saja dijatuhi hukuman larangan bermain selama dua bulan karena melempar bola kepada wasit dan menghina komite disiplin FFF.

Keputusan Cantona untuk pensiun membuat Houllier yang kala itu menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Prancis asuhan Michel Platini bereaksi. Ia mencoba menyelamatkan karier salah satu pemain andalan Les Bleus tersebut dengan membujuknya hijrah ke Inggris.

Houllier dan Platini awalnya meminta Liverpool untuk menampung Cantona. Namun keinginan tersebut ditolak oleh bos The Reds, Graeme Souness.

Cantona juga sempat menjalani trial bersama Sheffield Wednesday selama satu pekan. Namun ia menolak melanjutkannya setelah pihak klub tersebut menambah masa percobaannya.

Di saat rencana menyelamatkan Cantona nyaris gagal, Leeds United datang sebagai pahlawan. The Whites bersedia menampung sang pemain setelah berdiskusi dengan Houllier dan Platini.

“Saya melihatnya (Cantona) bermain untuk Prancis U-21 dan tahu dia adalah pemain yang bagus. Jadi ketika saya tahu dia sedang mencari klub di Inggris, saya menelepon Gerard Houllier dan Michel Platini, yang saat itu adalah manajer Prancis,” kata pelatih Leeds kala itu, Howard Wilkinson kepada The Coaches Voice.

“Mereka mengonfirmasi bahwa Cantona pemain hebat, tapi dia juga meriam bebas.”

Cantona pun resmi menjadi milik Leeds pada Januari 1992 dengan status pinjaman. Mereka membayar 100 ribu poundsterling ditambah 900 ribu poundsterling untuk menebusnya secara permanen.

Di akhir musim tersebut, Leeds mampu menjuarai Divisi satu yang kala itu merupakan kasta tertinggi Liga Inggris. Namun kontribusi Cantona belum terlalu terlihat,

Pada musim 1992-1993 yang merupakan debut Premier League, Cantona mulai merebut tempat di skuat utama Leeds. Ia membuka musim dengan hat-trick ke gawang Liverpool pada ajang Community Shield dan membawa klubnya menang 4-3.

Performa apik tersebut membuat Cantona merebut satu tempat utama di skuat Leeds. Ia dipasang sebagai starter sebanyak sebelas kali dari 12 pekan perdana Premier League dan menyumbang enam gol.

Namun Cantona juga mulai banyak berulah. Ia meninggalkan hotel tempat skuat Leeds menginap jelang laga kontra Queens Park Rangers pada bulan Oktober karena tak dimainkan sebagai starter.

Sikap indisipliner tersebut membuat manajemen Leeds gerah. Tak sampai sebulan, mereka menawarkan Cantona kepada Manchester United yang notabene salah satu rivalnya dalam perburuan gelar.

Di sinilah peran penting Houllier terlihat dalam membantu Manchester United. Manajer Setan Merah, Sir Alex Ferguson ternyata sempat meminta saran kepadanya terkait Cantona.

Hal itu diungkapkan langsung Ferguson dalam buku autobiografinya. Andai tak mendapat informasi yang bagus dari Houllier, besar kemungkinan ia akan menolak kehadiran Cantona.

“Ketika kami melawan Leeds di awal musim dan mengalahkan mereka 2-0, Bruce dan Pallister mengoceh tentang dia (Cantona) di bak mandi setelah pertandingan dan minggu lalu saya berbicara dengan Gerard Houllier, yang memiliki opini yang sangat tinggi tentang kemampuannya,” tulis Ferguson dalam buku autobiografinya.

“Beberapa menit berikutnya dihabiskan untuk membicarakan reputasi Cantona sebagai orang yang tidak ortodoks dan mungkin mengganggu. Jelas kami harus mempertimbangkan bahaya bahwa dia akan membawa terlalu banyak hal yang canggung bersamanya.”

“Namun dari apa yang dikatakan Houllier tentang dia, sepertinya dia bukan serigala jahat besar yang digambarkan oleh media, jadi saya siap bertaruh untuk orang Prancis itu,” tambahnya.

Keputusan Ferguson mendatangkan Cantona terbukti tepat. Di akhir musim, Manchester United keluar sebagai juara Premier League. Sementara Leeds terpuruk di peringkat ke-17.

Cantona bermain dalam 22 laga dan mencetak sembilan gol. Namun itu hanyalah awal kesuksesannya bersama Manchester United.

Cantona kemudian mempersembahkan tiga trofi Premier League dalam empat musim setelahnya beserta dua gelar Piala FA. Ia juga berperan menanamkan mental juara kepada pasukan Clash of ’92.

Cantona membela Manchester United hingga musim 1996-1997. Ia kemudian gantung sepatu ketika menginjak usia 31 tahun.

Selepas Cantona pensiun, Manchester United yang sudah memiliki mental juara mendominasi Premier League. Hingga saat ini, mereka tercatat sebagai kolektor gelar terbanyak dengan jumlah 13 trofi atau 20 trofi secara keseluruhan.

Setahun setelah Cantona pensiun, Houllier baru merapat ke Liverpool. Andai tiba lebih cepat, bukan tidak mungkin Cantona akan menyeberang ke Anfield.