DBasia.news – Gelandang bertahan biasanya identik dengan permainan kasar, menjalankan tugas ‘kotor’, dan kerap mendapatkan kartu karena pelanggaran yang biasa mereka lakukan.
Akan tapi seiring perkembangan sepak bola di era modern, gelandang bertahan atau juga bisa disebut jangkar (pivot) tidak hanya melakukan pekerjaan ‘kotor’ itu, melainkan juga mengatur tempo bermain – deep-lying playmaker seperti Andrea Pirlo dan Xabi Alonso.
Dua karakter permainan itu sudah bisa mencirikan bagaimana seorang gelandang bertahan seharusnya menjalankan peran mereka. Mencetak gol bukan tugas utama mereka, namun, gelandang bertahan Real Madrid, Casemiro, mematahkan stigma tersebut.
Menurut catatan Marca, Casemiro, dengan perannya tersebut, lebih produktif mencetak gol ketimbang dua gelandang Madrid yang sering bermain dengannya, Toni Kroos dan Luka Modric, yang notabene punya teknik bermain tinggi dan lebih ofensif dalam peran pengatur serangan.
Akan tapi yang terjadi justru sebaliknya. Sejak promosi dari Real Madrid B ke tim utama pada 2013, tanpa menghitung masa pinjamannya di Porto, Casemiro telah mencetak 18 gol dari 197 pertandingan untuk Madrid.
Jumlah itu lebih satu dari Modric dan empat dari Kroos. Casemiro bahkan belum melewati laga ke-200 dengan Madrid, sedangkan Kroos sudah bermain 236 kali dan Modric 305 kali. Catatan yang impresif.
Casemiro, 27 tahun, memang terkenal dengan agresivitasnya dalam bermain dan sepakan spekulasinya dari luar kotak penalti kerap mengoyak jala gawang lawan. Dia sudah memperlihatkannya di beberapa kesempatan.
Teranyar, Casemiro membobol gawang Kolombia dalam laga uji coba internasional di Hard Rock Stadium, Sabtu (7/9). Laga berakhir 2-2. Satu gol Brasil lainnya dicetak Neymar (58′) dan dua gol Luis Muriel untuk Kolombia.
Kelebihan bermain Casemiro itu akan sangat berguna bagi Madrid asuhan Zinedine Zidane jika sedang bermain di situasi yang sulit. Tentu saja, Casemiro tetap akan memprioritaskan tugas utamanya: melapis lini belakang dan melakukan kerja ‘kotor’.