DBasia.news – Bukayo Saka, pemain Arsenal dengan prospek cerah menjadi salah satu pemain terbaik dunia jika level bermainnya terus berkembang. Pada usia 20 tahun Saka sudah punya 14 caps dan empat gol untuk timnas Inggris.
Saka adalah jebolan akademi Arsenal yang dipromosikan oleh Unai Emery pada musim 2019-2020, memainkan debutnya saat tim menang 3-2 atas Aston Villa dan jadi pemain termuda ketiga yang menjalani debut setelah Cesc Fabregas dan Theo Walcott.
Emery dipecat pada Desember dan digantikan oleh Mikel Arteta. Kepercayaan Arteta kepada Saka menempatkannya pada posisi penyerang sayap. Kini bersama Emile Smith Rowe, Takehiro Tomiyasu, Ben White, dan Gabriel Martinelli, Arteta tengah membangun skuad masa depan Arsenal.
Cerita Saka bersama Arsenal bisa saja berbeda jika satu keputusan pada 2019, melibatkan Crystal Palace, berbeda. Arsenal harus berterimakasih kepada Palace.
Pertukaran dengan Wilfried Zaha
Mundur tiga tahun silam, Arsenal dalam pencarian penyerang sayap untuk meningkatkan daya serang. Dua nama jadi target yaitu Wilfried Zaha (Crystal Palace) dan Nicola Pepe (Lille). Arsenal memilih yang terakhir.
Akan tapi ada fakta menarik ketika Arsenal sedianya nyaris merekrut Zaha dari Palace pada 2019, dengan menawarkan satu dari Reiss Nelson, Carl Jenkinson, dan Bukayo Saka dalam kesepakatan itu.
Namun itu tak terjadi. Arsenal melihat banderol 80 juta poundsterling Palace untuk Zaha kemahalan. Arsenal hanya mau merekrutnya sebesar 55 juta poundsterling plus 10 juta poundsterling bonus.
Pada akhirnya kesepakatan urung tercapai dan Palace tak tertarik dengan nama-nama yang ditawarkan Arsenal. Itu menjadi momen Bukayo Saka bersama Arsenal, tapi cerita bisa berbeda jika pada akhirnya dia ke Palace saat itu.
Isu ketertarikan Arsenal kepada Zaha pun bukan isapan jempol belaka. Sang pemain mengakuinya.
“Sebenarnya saya sudah berbicara dengan manajer,” kata Zaha kepada Jamie Carragher di podcast The Greatest Games.
“Dia seperti, ‘Kami tak harus segitunya (untuk merekrut Zaha)’. Dia melihat saya bermain, dia tahu saya bisa mengubah permainan kapan saja dan hal-hal seperti itu. Itu seperti, ‘Ya, kami akan senang memilikinya. Anda’.”
“Dan saya seperti, ‘Saya akan senang untuk datang’. Percakapannya agak lugas karena saya pernah bermain melawannya ketika dia melatih Arsenal, dia melihat apa yang bisa saya lakukan, dia melihat tingkat kerja saya, apa yang bisa saya tambahkan ke tim.”
“Jelas, terserah klub yang mereka pilih, dan jelas mereka memilih Pepe daripada saya,” urai Zaha.