Berkat Hansi Flick, Thomas Muller Jadi Kunci Kebangkitan Bayern Munchen

DBasia.news –  Kemenangan Bayern Munich di dua laga beruntun dan Thomas Muller yang menjadi sosok penting dalam permainan tim adalah bukti positif keberhasilan Hansi Flick dalam melatih Bayern.

Memainkan dua laga beruntun di seluruh kompetisi, usai kalah 1-5 dari Eintracht Frankfurt dan mengakhiri karier Niko Kovac sebagai pelatih Bayern, Die Roten – julukan Bayern – menang 2-0 melawan Olympiacos di Liga Champions dan 4-0 di Der Klassiker kontra Borussia Dortmund di Bundesliga.

Enam gol dan tanpa kebobolan gol, sesuai dengan keinginan Hansi Flick yang ingin timnya kuat dari segi defensif dan efektif kala bermain ofensif. Satu perubahan yang dilakukannya cukup sederhana: memercayai Thomas Muller.

Pemain berusia 30 tahun tadinya tidak banyak bermain di bawah asuhan Kovac. Flick kembali memainkannya sebagai penyerang bayangan di belakang Robert Lewandowski, entah itu dalam taktik 4-2-3-1 atau 4-1-4-1.

Muller tidak menyiakan kepercayaan itu dan memberikan dua assists di Der Klassiker. Pada usia yang tak lagi muda, pemain yang sudah menjalani 12 musim karier dengan Bayern Munchen, mementingkan kolektivitas ketimbang ambisi pribadi

“Saya mungkin bukan pencetak gol lagi. Saya mencoba untuk lebih bertanggung jawab kepada keseluruhan tim, untuk memberikan struktur tim, organisasi, dan kekuatan, dan coba memberikan assist,” tutur Muller di situs resmi Bundesliga.

“Saya juga coba mencetak gol, tapi ketika saya harus memutuskan di antara masuk ke kotak penalti atau mungkin mencoba mengamankan zona di depan kotak penalti untuk serangan balik, terkadang saya memutuskan untuk bertahan.”

“Saya coba memenangi pertandingan, saya coba jadi penting untuk tim saya, tidak penting bagi saya untuk jadi top skor. Saya lebih tua sekarang, saya tahu bahwa Anda selalu termotivasi. Dari sudut pandang saya, itulah perbedaannya dan mengapa kami jadi juara Jerman tujuh kali beruntun,” terangnya.

Dampak kepercayaan Hansi Flick memainkan Muller menjadi konsekuensi bagi Philippe Coutinho. Gelandang serang asal Brasil yang dipinjamkan Barcelona dibangkucadangkan di dua laga terakhir. Padahal, Coutinho menjadi pemain andalan Niko Kovac.

Muller atau Coutinho? Dua opsi itu yang menjadi pilihan Flick untuk posisi gelandang serang di belakang penyerang tunggal. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun untuk sementara ini, Muller menjadi pilihan utama.

“Niko mengapresiasi Thomas sebagai pemain dan pria, saya tahu itu. Saya mengenal Thomas sudah cukup lama, dia penting untuk klub, telah memenanginya segalanya selain Piala Eropa. Dia cerdas dan dapat memimpin tim,” tutur Flick, eks asisten pelatih Joachim Low kala menjuarai Piala Dunia 2014 dengan timnas Jerman.

Muller bukan pencetak gol yang menjanjikan 20 atau 30 gol tiap musimnya. Tapi, soal etos kerja dan semangat berkorban untuk tim, Muller jadi yang terbaik melebihi Coutinho – dengan bakat alamiah khas Brasil yang dimilikinya.

“Kami fokus pada sisi bertahan melawan Olympiacos. Tim tampil baik. (Joshua) Kimmich berlari 13,6 kilometer (8,5 meter), Thomas Muller 12,6 kilometer (7,8 meter). Ini nilai yang besar. Masih ada ruang yang bisa dikembangkan. Jika Anda punya pertahanan bagus, serangan semakin membaik. Itulah fokus kami saat ini,” pungkas Flick.