DBasia.news – Harry Kane menempuh cara yang salah untuk meninggalkan Tottenham Hotspur. Pandangan tersebut diungkapkan Dimitar Berbatov.
Kane memang sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari Tottenham. Manchester City menjadi klub yang paling berpeluang mendapatkannya.
Manchester City dikabarkan sudah menyiapkan dana fantastis untuk membajak Kane. Namun Tottenham masih menolak tawaran tersebut karena tak berniat menjual bintang utamanya.
Keputusan petinggi Tottenham tersebut tampaknya membuat Kane geram. Ia memilih mangkir dari jadwal latihan sebagai bentuk perlawanan.
Langkah inilah yang dianggap Berbatov salah. Menurutnya, mangkir latihan hanya menunjukkan buruknya profesionalitas Kane.
Selain itu, sikap yang ditunjukkan Kane memancing amarah suporter. Hal tersebut justru membuat kondisinya kian memanas.
“Saya terkejut dan tidak berpikir itu cara yang benar. Saya tidak pernah memboikot latihan, itulah bedanya,” kata Berbatov kepada The Sun.
Pandangan Berbatov menjadi menarik karena dirinya pernah berada di kondisi yang sama dengan Kane. Pada musim panas 2008, pemain berkebangsaan Bulgaria itu sempat memaksakan keinginannya kepada petinggi klub untuk pindah ke Manchester United.
Namun Berbatov mengaku tak pernah bolos latihan. Ia hanya menolak bertanding di laga resmi dengan alasan kehilangan fokus.
“Saya tidak memainkan dua pertandingan. Sulit bagi saya untuk mengakuinya tetapi saya menemukan kekuatan untuk mengatakan bahwa pikiran saya tidak akan ada di sana,” tambahnya.
“Sementara pelatihan itu mudah karena di balik pintu tertutup. Sebagian besar rekan satu tim akan memahami Anda, dan akan mudah untuk melepaskan stres dengan olok-olok dan lelucon.”
Dalam kesempatan yang sama, Berbatov berharap Kane mau kembali berlatih bersama Tottenham. Hal ini dianggap bisa memperlancar usahanya untuk pergi.
Berbatov menilai Tottenham tidak akan bisa menahan kepergian Kane. Namun ia berharap transfer ini terjadi secepatnya demi kebaikan semua pihak.
“Kane akan membuat orang kecewa, terutama para penggemar yang memujanya. Beberapa mengerti, yang lain tidak akan pernah,” kata Berbatov lagi.
“Namun Sepak bola itu kejam. Rasa sakitnya (bagi para suporter) akan lebih besar daripada ketika saya pergi.”