Atletico Madrid dan Kaitannya dengan Filosofi Athletic Bilbao

Atletico Madrid

DBasia.news –  Atletico Madrid telah berhasil menjual tiga pemainnya di bursa transfer musim panas dengan harga tinggi. Ketiga pemain itu adalah: Lucas Hernandez, Rodri, dan Antoine Griezmann.

Nama yang disebut terakhir memang belum resmi gabung klub mana pun. Tapi, Griezmann sudah mengutarakan niatannya hengkang hingga ia dipastikan tidak akan memperkuat Atletico di musim 2019-20.

Sementara Hernandez dibeli seharga 80 juta euro oleh Bayern Munchen dan Rodri 70 juta euro ke Manchester City. Jika Griezmann benar hengkang ke Barcelona, maka ia akan memberikan 120 juta euro untuk Atletico. Total, Atletico mendapatkan 270 juta euro.

Ketiganya menyusul eksodus pemain Atletico setelah sebelumnya Diego Godin, Juanfran, dan Filipe Luis, pergi karena kontraknya berakhir dengan klub. Sebagai ganti pemain-pemain yang hengkang, Atletico membeli Felipe, Hector Herrera, dan Joao Felix.

Felix, 19 tahun, dibeli dengan cara menebus klausul pembeliannya sebesar 126 juta euro. Berbicara mengenai klausul pembelian, Atletico boleh jadi belajar banyak dari cara Athletic Club Bilbao mengatur keuangan mereka dengan kebijakan dan filosofi yang mereka miliki.

Klub asal Basque punya filosofi yang menjadi harga mati klub dan turun temurun menjadi tradisi. Di dalam skuat mereka, hanya pemain asli Basque, pemain asing dengan darah Basque, pemain asing yang lahir di Basque, dan pemain asing dan di luar Basque tapi pernah menimba ilmu di akademi Bilbao, yang dapat bermain di klub.

Bilbao bukannya pelit atau tidak punya uang, tapi, filosofi itu memang sudah ada di Bilbao dari tahun ke tahun. Simak pertanyaan dari Andy Mitten, koresponden sepak bola Eropa di The National, yang bertanya kepada Presiden Bilbao, Josu Urrutia, soal filosofi Bilbao.

“Apa arti sukses bagi Bilbao?” Mitten bertanya kepada Urrutia.

“Itu lebih dari urusan kalah dan menang. Di Bilbao, kesuksesan tidak dapat dipisahkan dari konsep identitas dan, oleh karena itu, berhubungan dengan cara unik klub dalam bersaing. Keberhasilan bukan sebuah tujuan, sebagaimana tim lain, tetapi juga bagian dari perjalanan.”

“Memenangkan Copa del Rey akan menjadi kesuksesan luar biasa besar dengan filosofi kami daripada memenangkan Liga Champions setelah mendatangkan Lionel Messi. Pada kenyataannya, mendatangkan Messi justru akan menjadi bencana besar, karena kami akan berhenti menjadi diri sendiri,” jawab Urrutia.

Filosofi dalam mengembangkan pemain Basque di dalam skuat Bilbao itu diimbangi dengan kebijakan klub dalam menjual pemain. Tidak pernah ada klub-klub Eropa yang dapat melakukan negosiasi penawaran apabila tertarik mendatangkan pemain Bilbao.

Jika mereka serius ingin merekrut pemain-pemain Bilbao maka mereka harus menebus klausul pembeliannya. Lihat saja bagaimana Bilbao menjual Javi Martinez sebesar 40 juta euro ke Bayern pada 2012, lalu ada Aymeric Laporte yang dibeli sebesar 65 juta euro oleh Manchester City.

Belum lagi Kepa Arrizabalaga yang menjadi kiper termahal dunia, dengan harga 80 juta euro, ketika Chelsea merekrutnya dari Bilbao tahun lalu.

Cara Bilbao tersebut menginspirasi Atletico untuk menerapkan cara yang sama. Lucas, Rodri, hingga Griezmann, dibeli berdasarkan klausul pembelian mereka. Hasilnya, Atletico bisa membelanjakannya untuk mendatangkan Felipe dan Joao Felix.

Untungnya, Atletico tidak memiliki filosofi yang sudah mendarah daging di Bilbao soal pemain yang dapat memperkuat skuat. Jika tidak, mereka bisa kerepotan jika hanya bisa menggunakan servis pemain asli Madrid.