DBasia.news – Ole Gunnar Solskjaer, manajer Manchester United, tak lagi memiliki target untuk dikejar oleh anak-anak asuhnya musim ini. Kans bermain di Liga Champions musim depan juga telah berakhir.
Melawan Huddersfield Town, tim dasar klasemen Premier League yang sudah degradasi di pekan 37 Premier League, Minggu (5/5) malam WIB, Red Devils tak mampu meraih kemenangan dan harus puas bermain imbang 1-1.
Sempat unggul melalui gol yang dicetak Scott McTominay, permainan Man United mengendur di babak kedua hingga akhirnya Isaac Mbenza mencetak gol. Kedudukan 1-1 mengakhiri kans Man United untuk masuk empat besar dan bermain di Liga Champions musim depan.
Terpaut empat poin dengan Tottenham Hotspur yang ada di peringkat empat klasemen dan menyisakan satu laga terakhir, Man United sudah tidak dapat lagi menyalip Tottenham meski jika nantinya meraih kemenangan atas Cardiff City (12/5).
Kebanyakan orang, publik, atau pemerhati sepak bola Inggris menyalahkan Solskjaer atas keterpurukan United itu. Namun, salah satu pemerhati sepak bola Inggris, Chris Sutton, tidak setuju dengan pendapat tersebut.
“Saya tidak mengerti kritikan yang diterima Ole Gunnar Solskjaer ini. Dia mengambilalih kerusakan dari (Jose) Mourinho,” ucap Sutton kepada BBC Sport.
“Mereka ini (para pemain) bukan rekrutannya, ini bukan timnya. Saya pikir dia telah melakukan pekerjaan hebat, bahkan membawa mereka ke dalam persaingan kembali (setelah sempat terlempar jauh dari empat besar).”
Sutton boleh saja berkata demikian. Faktanya, manajemen United tampak terlalu cepat dengan keputusannya mempermanenkan kontrak Solskjaer, yang awalnya ditunjuk sebagai caretaker (manajer interim) hingga akhir musim 2018-19 kala menggantikan Mourinho Desember lalu.
Semua berjalan baik dengan statusnya sebagai manajer sementara dengan catatan 14 kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kekalahan. @FoxSoccer melihat Solskjaer punya rataan gol 40:17 gol dan persentase kemenangan 737 persen.
Akan tapi, sejak 28 Maret 2019 ketika Solskjaer dikontrak permanen, United hanya menang dua kali, imbang dua kali, dan kalah lima kali dengan rataan gol 7:16 gol dan persentase kemenangan 222 persen.
Statistik itu menunjukkan penurunan yang signifikan. Kendati demikian, penilaian kepada Solskjaer baru akan terlihat adil jika ia sudah diberi kesempatan membeli pemain-pemain yang diinginkan di bursa transfer dan memimpin tim di pramusim.
Musim 2018-19 akan selalu dikenang sebagai musim terburuk karena United, dua musim beruntun, gagal meraih trofi dan diperparah dengan fakta kegagalan bermain di Liga Champions musim depan.