DBasia.news – “Madrid-nya Lopetegui telah dipermalukan.” Begitu headline yang terpampang di Sport(media Spanyol yang bermarkas di Catalonia) pasca kekalahan telak 2-4 Real Madrid dari rival sekota mereka, Atletico Madrid di ajang Piala Super Eropa. Tren Madrid yang sudah memenanginya dua kali beruntun pun berakhir.
Madrid sedianya sempat unggul 2-1 melalui gol Karim Benzema dan penalti Sergio Ramos yang membalas gol Diego Costa. Mereka gagal mengamankan keunggulan ketika Costa mencetak gol keduanya dan dilanjutkan melalui dua gol tambahan dari Saul Niguez dan Koke. Kekalahan dengan skor telak yang dialami Madrid jelas bukan pertanda bagus jelang bergulirnya musim 2018/19.
Momen kekalahan itu datang setelah Madrid ditinggal dua sosok ikonik, Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane, yang berandil besar dalam kesuksesan meraih tiga titel Liga Champions beruntun dalam tiga musim terakhir. Memang, Piala Super Eropa bukanlah barometer untuk menilai Madrid akan sepenuhnya gagal musim ini.
Real Madrid
Namun, hasil minor itu seharusnya menjadi peringatan bagi Madrid, khususnya Julen Lopetegui, pelatih anyar Madrid, untuk segera membenahi kekurangan-kekurangan yang terlihat nyata dalam pertandingan tersebut.
Satu contoh kelemahan itu adalah koordinasi lini belakang yang sangat buruk. Ini ironis, karena keempat bek yang bermain melawan Atletico merupakan bek-bek berpengalaman yang sudah lama bermain di Madrid: Dani Carvajal, Raphael Varane, Sergio Ramos, dan Marcelo.
“Kalah merupakan hal yang buruk dan kami kebobolan empat gol, kami harus membenahinya,” ucap Lopetegui dalam konferensi pers setelah laga berakhir. Pertahanan jadi permasalahan Madrid yang terlihat nyata saat melawan Atletico. Apa solusi yang dapat digunakan Lopetegui?
Thibaut Courtois dan Nacho Fernandez
Thibaut Courtois
Solusi jangka pendek bagi Madrid yang akan melawan Getafe di pekan pertama La Liga yang berlangsung Senin, 20 Agustus 2018 pukul 03.15 WIB. Mengingat kondisi menurun yang dialami beberapa pemain andalan, Thibaut Courtois dan Nacho Fernandez dapat jadi solusi sementara – Courtois mungkin juga jadi solusi jangka panjang.
Keylor Navas setidaknya bisa mengagalkan dua peluang berbuah gol Atletico. Dia tampil tidak seperti biasanya – solid, cekatan. Hal ini disinyalir karena kedatangan Courtois yang menyebabkan fokusnya terbelah, atau malah terbebani untuk tampil bagus agar tidak kehilangan posisinya sebagai kiper nomor satu Madrid.
Dalam kondisi tersebut, Courtois jelas harus dicoba dimainkan Lopetegui bersama juga Nacho untuk menggantikan Varane. Bek asal Prancis tidak mengikuti tur pramusim Madrid karena diberi libur tambahan usai menjuarai Piala Dunia 2018. Alhasil, level kebugarannya belum kompetitif dan sama dengan rekan setim lainnya.
Nacho bisa jadi tandem ideal bagi Ramos selagi menanti kebugaran Varane serta kepulihan Jesus Vallejo. Solusi lainnya adalah menerapkan taktik 4-3-3 agar Madrid lebih solid di lini tengah seiring keberadaan tiga gelandang. Tim juga menjadi lebih aman di belakang karena mendapatkan proteksi tambahan dari gelandang.
Solusi dari Akademi atau Bursa Transfer
Nacho Fernandez
Sekedar bagus saja tidak cukup bagi Madrid yang selalu dituntut meraup seluruh trofi tiap musimnya. Madrid butuh elemen kejutan karena skuat terkini diisi oleh pemain-pemain yang sama seperti musim sebelumnya. Kebersamaan mereka memang memperkuat kolektivitas bermain Madrid, namun di satu sisi berbeda, lawan juga cenderung membaca permainan mereka.
Apa yang dilakukan Atletico ketika memainkan Rodri dan Thomas Lemar seharusnya jadi contoh bagi Madrid. Lemar menghadirkan kejutan bagi Madrid yang baru pertama kali menghadapinya setelah ditransfer Atletico dari AS Monaco musim ini.
Ada dua solusi bagi Madrid dalam memecahkannya: mempromosikan pemain dari Real Madrid Castilla atau membeli pemain di bursa transfer. Keduanya telah dilakukan Madrid, namun, tidak ada yang benar-benar menonjol atau memberikan kontribusi signifikan.
Madrid telah merekrut Alvaro Odriozola, Courtois, Vinicius Junior, dan Andriy Lunin, dari keempatnya, hanya Courtois yang punya profil besar di Eropa. Sementara Vinicius baru memperlihatkan talenta khas Brasil yang dimilikinya dalam mendribel bola. Dia masih beradaptasi dengan sepak bola Eropa.
Los Blancos jelas tidak bisa terus-terusan seperti itu dengan skuat yang ada saat ini, apalagi kedalaman skuat mereka tidak bagus. Dibanding saat masih dilatih Zidane yang memiliki pemain seperti Alvaro Morata dan James Rodriguez, kali ini hanya ada nama Borja Mayoral, Dani Ceballos, Marcos Llorente di bangku cadangan.
Tanpa mengurangi rasa respek, pemain-pemain tersebut bertalenta, namun tidak cukup bagi Madrid apabila target mereka menjuarai La Liga, Copa del Rey, dan mempertahankan titel Liga Champions untuk keempat kalinya beruntun.
Musim baru dimulai. Madrid masih punya banyak waktu untuk membenahi koordinasi lini belakang mereka yang tampil sangat buruk melawan Atletico. “Kami akan bekerja untuk segalanya, tidak hanya kesalahan-kesalahan kecil, tapi juga seluruh aspek tim. Kami tak suka melakukan kesalahan dan kami harus membenahi segalanya,” tandas Lopetegui.