Analisis Mengapa Laga Liverpool Vs Man City Patut Bermain Imbang

Liverpool Vs Man City

DBasia.news – Liverpool hanya bisa bermain imbang 0-0 kontra Manchester City, pada laga pekan kedelapan Premier League 2018-2019, di Stadion Anfield, Minggu (8/10). Ada beberapa analisis yang sebenarnya menggambarkan hasil tersebut pantas diterima kedua tim.


Manchester City bermain menekan kendati berstatus sebagai tim tamu. The Citizens meraih peluang emas melalui Raheem Sterling pada menit ke-14. Namun, usahanya digagalkan barisan pertahanan Man City.


Pada babak kedua, pertandingan tetap berlangsung menarik. Kedua tim silih berganti meluncurkan serangan. Peluang Man City yang dikreasikan Riyad Mahrez masih menemui jalan buntu. Pun dengan Liverpool yang mendapatkannya melalui pergerakan Salah.


Man City berpeluang memenangi laga usai mendapatkan tendangan penalti pada menit ke-85. Sayangnya, Mahrez yang maju sebagai algojo tak mampu menjalankan tugasnya. Kedua tim pun harus puas berbagi poin.


BolaSkor.com akan mengulik lebih dalam mengenai alasan mengapa duel Liverpool dan Manchester City berakhir imbang. Berikut tiga alasannya:

Pertarungan seimbang di lini tengah
Liverpool harus kehilangan James Milner pada menit ke-29 akibat mengalami cedera. Pemain asal Inggris tersebut digantikan Naby Keita. Namun, keluarnya Milner dari dalam lapangan tidak memengaruhi permaian The Reds.


Dua gelandang Liverpool yang layak mendapatkan apresiasi adalah Jordan Henderson dan Georginio Wijnaldum. Kedua pemain itu silih berganti membangun serangan sekaligus membendung aliran bola dari para pemain Manchester City.


Wijnaldum mengalami penampilan menanjak pada musim ini. Pemain asal Belanda tersebut sukses membuat para gelandang Man City mati kutu. Dia menutup ruang gerak kemudian mengalirkan bola ke lini depan.


Sementara itu, dari sisi seberang, Bernado Silva dan David Silva berusaha menekan Liverpool dari segala sisi. Namun sekali lagi, dengan penampilan apik dari Wijnaldum dan Henderson di lini tengah, upaya mereka tak ada yang membuahkan hasil.


Statistik menunjukkan Liverpool hanya kalah tipis soal penguasaan bola yakni 49 persen berbanding 51 persen.


Dejan Lovren dan Virgil van Dijk tampil kokoh
Satu di antara keputusan tepat yang dilakukan Klopp pada musim ini adalah menunjuk Joe Gomez manjadi bek tengah. Namun, manajer asal Jerman tersebut terpaksa menggeser Gomez menjadi bek kanan usai Trent Alexander Arnold belum kembali ke performa terbaiknya.


Klopp kemudian memutuskan Dejan Lovren sebagai teman duet Van Dijk. Pemain asal Kroasia tersebut sempat mendapat cibiran akibat sering membuat pernyataan kontroversial. Ya, pada beberapa waktu sebelum pertandingan, Lovren menyebut dirinya sebagai bek terbaik di dunia.


Kabar baiknya, pernyataan Lovren berbanding lurus dengan penampilannya. Bersama Van Dijk, sang pemain menjadi benteng kokoh yang sulit ditembus barisan depan Man City.


Pemain 29 tahun itu menutup lubang yang ditinggalkan Van Dijk saat memburu bola. Selain itu, Lovren juga mampu membaca arah serangan Man City dengan tepat. Sepanjang pertandingan, Man City hanya bisa mencatatkan dua tembakan ke gawang.


Anomali trio Firmansah
Mohamed Salah, Roberto Firmino dan Sadio Mane adalah tiga nama yang menjadi tumpuan Liverpool mendulang gol. Pada musim lalu, trio maut itu mencetak 91 gol plus 42 assist.


Statistik tersebut membuat suporter Liverpool menggantungkan harapan tinggi kepada trio Firmansah di musim ini. Akan tetapi entah mengapa, setelah awal yang menjanjikan, cahaya trio Firmansah mulai meredup.


Tiga pemain tersebut terlihat kesulitan menembus John Stones dan Aymeric Laporte yang dipercaya Pep Guardiola mengawal pertahanan Man City. Dari tujuh peluang yang dikreasikan hanya dua yang mengarah ke gawang.


Saat ini, Mane, Salah dan Firmino baru mengemas 10 gol plus empat assist di mana sembilan gol di antaranya tercipta pada Premier League. Kini, Klopp punya tugas untuk membalikkan ketajaman trio Firmansah.