Analisa Evolusi Timnas Spanyol di Tangan Luis Enrique

Luis Enrique

DBasia.news – Luis Enrique telah membawa perubahan untuk timnas Spanyol. Keputusan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) menunjuk Luis Enrique sebagai pelatih, merupakan keputusan yang tepat.

Enrique telah membawa timnas Spanyol berevolusi usai kegagalan di Piala Dunia 2018. Tidak sedikit yang menilai mantan pelatih pelatih AS Roma dan Barcelona itu mendatangkan ketenangan dalam skuat La Furia Roja.

Namun hal yang paling terlihat dalam timnas Spanyol saat ini adalah perubahan dalam pendekatan permainan jika dibandingkan sebelumnya, khususnya saat petaka di Piala Dunia 2018 lalu.

Bagi banyak pihak, penampilan Spanyol di Piala Dunia lalu adalah malapetaka. Dimulai dengan pemecatan Julen Lopetegui beberapa hari jelang turnamen hingga performa minor di atas lapangan. Terkiat permainan, tidak sedikit yang menyebut kegagalan Spanyol sebagai titik nadir tiki-taka.

Ya, titik nadir Tiki-taka. Di Rusia, Spanyol memainkan pola yang membuat mereka menjadi salah satu tim yang disegani di kolong langit. Permainan yang mengandalkan penguasaan bola lewat umpan-umpan pendek.

Namun, di Rusia, penguasaan bola Spanyol yang dominan tidak berbanding lurus dengan skor pertandingan. Sebagai contoh, Spanyol tersingkir di babak 16 besar oleh tuan rumah Rusia lewat adu penalti meski dalam 120 menit mereka menguasai bola nyaris 80 persen.

Dalam duel tersebut, Spanyol melepaskan 1.114 umpan berbanding 290 milik Rusia. Rasio umpan sukses Spanyol pun mencapai 90 persen. Namun semua umpan tersebut jarang yang berpengaruh pada jalannya permainan. Dengan kata lain, umpan yang dilepaskan tidak efektif. Banyak umpan yang tidak menghasilkan apapun.

Lawan pun dengan tenang menyaksikan dan menunggu para pemain Spanyol mengalirkan bola tanpa kekhawatiran. Karena mereka tahu Spanyol hanya memainkan bola di area aman, jauh dari jantung pertahanan.

Evolusi Filosofi

 

Timnas Spanyol


Meski baru awal, Luis Enrique sudah memperlihatkan niatnya untuk tidak mengulang performa Spanyol di Piala Dunia lalu. Dari tiga laga yang sudah dilakoni, arah perubahan sudah terlihat.

Lewat permainan yang lebh tajam, Spanyol mampu melibas Inggris dan Kroasia, dua semifinalis Piala Dunia 2018. Serta yang terakhir Spanyol melibas Wales.

Memang, Luis Enrique sejak awal tidak mau mengatakan jika dia akan meninggalkan filosofi bermain Spanyol. Filosofi yang sukses membawa Spanyol menjadi juara di tiga turnamen besar beruntun.

Namun, Luis Enrique menegaskan akan melakukan sebah evolusi dari filosofi tersebut.

“Kami berusaha berevolusi dan memperbaikinya. Karena jika berhasil menjadi juara dunia, semua pihak akan meniru dan mempelajarinya. Lawan pun akan menemukan solusi menghadapi kami. Itu menjadi masalah,” tutur Enrique dikutip Sky Sports.

Sebagai bagian dari evolusi, Enrique mulai memasukkan nama-nama baru dalam skuatnya. Sepertinya Enrique memanfaatkan momen mengundurkan dirinya beberapa pemain senior Spanyol seperti Andres Iniesta, David Silva, atau Gerard Pique.

Enrique juga memutuskan tidak memanggil bek kiri berpengalaman Barcelona, Jordi Alba. Enrique tidak memasukkan nama pemain yang sudah mengantongi 66 penampilan bersama Spanyol.

Mempermuda tim memang menjadi salah satu bagian dari evolusi Enrique. Ini bisa dilihat dari rata-rata usia tim yang menurun drastis. Saat Piala Dunia 2018, rata-rata usia timnas Spanyol adalah 28,5 tahun. Kini di era Enrique, rata-rata usia menjadi 26,1 tahun. Jika pada Piala Dunia kemarin ada tujuh pemain di atas 30 tahun, kini hanya empat.

Dari sisi permainan, La Furia Roja di bawah Enrique tidak lagi boros umpan tanpa maksud yang jelas. Saat ini setiap umpan yang dilepaskan merupakan bagian dari bangunan serangan. Aliran serangan semakin jelas dan tajam. Hasilnya, 12 gol mereka lesakkan dalam tiga laga.

Mendapati warisan tim yang sedang terpuruk bukanlah yang pertama bagi Enrique. Dia pernah menangani Barcelona yang dihuni banyak talenta namun kering prestasi.

Apa yang dilakukan Luis Enrique saat itu? Dia tidak mengubah total permainan Barcelona. Dia hanya melakukan perubahan sedikit dari sistem yang sudah berjalan. Enrique membuat Barcelona lebih efisien dalam menyerang. Hal inilah yang sepertinya kembali diterapkan Enrique di timnas Spanyol.

Energi dan Efektivitas

 

Timnas Spanyol


Lalu penyesuaian apa yang dilakukan Enrique saat ini? Yang terlihat adalah lini serang yang lebih mobil tidak lagi kaku. Hal ini karena Enrique memanfaatkan kecepatan dan pergerakan yang dimiliki Rodrigo Moreno dan Asensio ataupun Paco Alcacer dan Suso.

Untuk mendukung pergerakan lini depan, Enrique juga memanfaatkan pengunduran diri Iniesta dan David Silva. Ya, tanpa dua veteran itu, Enrique kini mengisi lini tengah Spanyol dengan pemain yang lebih muda dan bertenaga seperti Saul.

Dengan lini tengah yang lebih berenergi, Spanyol bisa melakukan pressing ketat kepada lawan. Tidak hanya itu, pergerakan tanpa bola pun semakin dinamis.

Seperti yang dikatakan Enrique, dia sama sekali tidak meninggalkan filosofi Spanyol. Dia hanya memolesnya menjadi lebih berenergi dan efektif.

Melihat dari tiga laga yang sudah dilakoni, polesan Luis Enrique bisa dikatakan sudah terlihat hasilnya.

Untuk laga berikutnya Spanyol akan menjamu Inggris pada lanjutan UEFA Nations League, Selasa (16/10) dini hari WIB.