Alasan Mengapa Chelsea Memutuskan Pecat Thomas Tuchel

DBasia.news – Pemecatan manajer asal Jerman, Thomas Tuchel, pada bulan September 2022 di Chelsea masih mengisahkan cerita. Fans Chelsea bahkan masih heran dengan keputusan klub dan menganggap Tuchel bisa melatih klub saat ini, lebih baik ketimbang Graham Potter.

Pelatih berusia 49 tahun dipecat setelah membawa Chelsea juara Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub serta membawa The Blues mencapai dua final Piala FA. Tuchel memenangi 60 laga dari 100 laganya melatih Chelsea.

Mantan pelatih Borussia Dortmund dan Paris Saint-Germain (PSG) dipecat pada laga ke-100 ketika Chelsea punya pemilik baru, Todd Boehly.

“Atas nama semua orang di Chelsea FC, Klub ingin mengucapkan terima kasih kepada Thomas dan stafnya atas semua upaya mereka selama bersama klub,” demikian pernyataan Chelsea pada September lalu.

“Thomas berhak mendapat tempat dalam sejarah Chelsea setelah memenangkan Liga Champions, Piala Super, dan Piala Dunia Antarklub selama waktunya di sini.”

“Saat grup kepemilikan baru mencapai 100 hari sejak mengambil alih klub, dan terus bekerja keras untuk memajukan klub, pemilik baru percaya ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan transisi ini.”

Performa buruk Chelsea disinyalir jadi alasan Tuchel dipecat dan digantikan dengan Potter tapi nyatanya tidak demikian. Ada faktor lain atau alasan sesungguhnya Chelsea memecat Tuchel.

Sebagaimana dikabarkan media Jerman Bild, mantan istri Tuchel, Sissi, mendapatkan email yang juga menjadi bagian pada persidangan di Munchen terkait perceraiannya. Isi email itu menuturkan kepada Sissi alasan Chelsea memecat Tuchel.

Sissi yang notabene mantan jurnalis di Suddeutsche Zeitung menegaskan apabila para pemain sudah tak lagi respek kepada Tuchel, setelah tim melalui serangkaian hasil buruk, selain itu juga ada beberapa kasus di luar lapangan yang misterius dan menjadi alasan Chelsea memecatnya.

Apapun itu nasi telah menjadi bubur dan Chelsea tak lagi dilatih Tuchel. Malah saat ini Tuchel dikabarkan melatih klub yang pernah diidolakannya, Tottenham Hotspur, setelah Antonio Conte gagal membawa klub lolos ke delapan besar Liga Champions.