5 Transfer yang Hampir Mengubah Peta Persaingan Sepak Bola

Zinedine Zidane

DBasia.news – Karier seorang pemain sepak bola terkadang tidak dapat ditebak. Terkadang, mereka melakukan sejumlah kesalahan dalam memilih klub sehingga menghancurkan karier.

Situasi tersebut menyebabkan bursa transfer merupakan hal yang penting dalam menentukan masa depan pesepak bola. Tidak jarang pemain berbakat yang tenggelam karena salah memilih klub.

Sebagai contoh, belum lama ini Gabigol gagal berkembang setelah bergabung dengan Inter Milan. Padahal, dia kerap dianggap sebagai penyerang masa depan timnas Brasil.

Demikian pula Paul Pogba yang tidak kunjung menemukan permainan terbaiknya bersama Manchester United. Atau Martin Odegaard yang sempat digadang-gadang bakal jadi bintang Real Madrid.

Pada masa lalu, perpindahan sejumlah transfer gila memang pada akhirnya kejadian. Belum lama ini, Wesley Sneijder pindah ke Galatasaray atau Ruben Neves memilih bergabung Wolverhampton.

Sejumlah pemain beruntung tidak melakukan transfer gila yang terancam membahayakan karier mereka. Mulai dari Andres Iniesta hingga Diego Maradona, berikut ini adalah lima transfer gila yang nyaris mengubah sepak bola:

Andres Iniesta ke Rangers

 

Sepanjang karier-nya, Andres Iniesta identik dengan seragam Barcelona. Bahkan, ingatan Iniesta berseragam Barcelona masih segar meski telah pindah ke Jepang.

Akan tetapi, pada masa lalu rupanya Iniesta sempat hampir pindah klub. Tepatnya ketika gelandang serba bisa itu masih berusia 18 tahun, dia nyaris memperkuat Rangers FC.

Kedatangan Iniesta bisa saja mengubah peta persaingan di Liga Skotlandia. Andai merekrut Iniesta, mungkin Rangers tidak akan mengalami kebangkrutan seperti saat ini.

Pierre-Emerick Aubameyang ke West Brom

 

Arsenal memecahkan pembelian pemain termahal ketika merekrut Pierre-Emerick Aubameyang. The Gunners mengeluarkan dana 63,75 juta euro (Rp 1,09 triliun).

Rupanya, West Brom bisa mendapatkan Aubameyang dengan harga lebih murah pada 2011. Padahal, saat itu AC Milan hanya meminta 2 juta euro (Rp 34 miliar).

Sayangnya West Brom merasa tidak yakin dengan penampilan Aubameyang. Mungkin, saat ini para petinggi West Brom menyesali keputusan pada masa lalu.

Robert Lewandowski ke Blackburn

 

Robert Lewandowski telah menaklukkan Polandia sejak masih berusia 22 tahun. Kondisi tersebut membuat Lewandowski muda ingin mencari tantangan baru.

Karier Lewandowski pun semakin mentereng ketika memperkuat Borussia Dortmund. Kini, dia menjalani puncak karier bersama Bayern Munchen.

Meski begitu, Lewandowski bisa saja pindah ke Inggris setelah sempat hampir mengunjungi markas Blackburn. Sayangnya, abu gunung Eylafjallajokull membuat penerbangan dihentikan.

Diego Maradona ke Sheffield

 

Pada 1978, publik Argentina tengah menggilai bocah ajaib bernama Diego Maradona. Baru berusia 17 tahun, Maradona sudah menarik perhatian pencinta sepak bola.

Manajer Sheffield kala itu, Harry Haslam, sangat tertarik dengan talenta Maradona. Haslam meminta manajemen mendatangkan sang pemain dengan harga berapa pun.

Sayangnya, petinggi Sheffield tidak yakin dengan performa Maradona. Hasilnya, mereka justru mendatangkan pemain Argentina lain, Alejandro Sabella.

Zinedine Zidane ke Blackburn

 

“Kenapa Anda menginginkan Zinedine Zidane ketika kita memiliki Tim Sherwood?” bisa jadi adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah didengar oleh Kenny Dalglish.

Zidane muda memang tengah menjadi pembicaraan di Eropa setelah bersinar bersama Bordeaux. Tidak heran apabila Dalglish yang saat itu menjadi manajer Blackburn menginginkan Zidane.

Setelah menjuarai Premier League 1994-1995, Dalglish ingin memperkuat Blackburn dengan merekrut Zidane. Namun, eks pemain Liverpool tersebut justru mendapat pertanyaan konyol dari pemilik Blackburn kala itu, Jack Walker.

Zinedine Zidane akhirnya pindah ke Juventus sebelum menguasai Eropa bersama Real Madrid. Sementara itu, Blackburn justru telah menghilang dari peta persaingan juara Premier League.