DBasia.news – Kemenangan atas Cagliari dengan skor 2-0 melanjutkan tren positif setelah Parma sukses mempermalukan tim kuat FC Internazionale, 1-0, giornata sebelumnya. Secara keseluruhan, meski sempat menelan kekalahan 1-2 dari Juventus dan 0-1 dari Spal plus imbang 2-2 kontra Udinese, Parma selalu membuktikan bisa mengimbangi permainan lawan.
Berikut beberapa alasan Parma memiliki senjata untuk tidak sekadar berjuang lolos dari jeratan degradasi.
- Faktor Historis
Faktor terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah soal historis. Sebelum dicap bangkrut Maret 2015, Parma merupakan salah satu tim yang sangat disegani pada pertengahan 1990-an dan awal 2000-an. Periode tersebut, tim pernah juara dua kali Piala UEFA, Piala Winners, sampai Piala Italia. Tidak heran tim pernah diperkuat pemain kelas dunia seperti Roberto Sensini, Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon sampai Lilian Thuram.
- Pelatih Tahu Betul Seluk Beluk Tim
Sosok kunci pertama tentu Roberto D’Aversa sebagai pelatih. Dia menangani tim sejak Desember 2016 atau saat Parma masih berjuang di Serie C. Berkat kontribusi D’Aversa pula, Parma sukses meraih promosi pada tiga musim secara berturut-turut (dari Serie C ke Serie B kemudian ke Serie A). Sebelumnya tidak ada tim Italia yang bisa meraihnya. Kini saat Parma menjejak ke Serie A, D’Aversa tahu betul seluk beluk tim
- Memiliki Pemain Senior dengan Jam Terbang Tinggi
Jelang Serie A 2018-19, bisa dibilang aktifitas transfer Parma lebih baik dari dua tim promosi lain: Empoli dan Frosinone. Manajemen berhasil merekrut beberapa pemain penting dan deretan pemain ini memiliki jam terbang mumpuni saat harus bersaing di kompetisi kasta tertinggi. Sebut saja bek tengah senior asal Portugal, Bruno Alves. Di pos kiper ada eks Napoli, Luigi Sepe. Di lini depan, tim bahkan diperkuat pemain yang sudah mengenal betul atmosfer Serie A yaitu Gervinho (eks AS Roma) dan Roberto Inglese (eks Chievo Verona).
- Pemain Muda Potensial
Salah satu kunci Parma bisa tampil cepat lantaran mempunyai banyak pemain dengan kaki-kaki cepat yang dihasilkan para pemain muda. Paling menjanjikan tentunya pencetak gol semata wayang ke gawang Inter, Federico Dimarco, berusia 20 tahun. Kemudian gelandang bertahan, Leo Stulac, 23 tahun.
- Lini Depan Menakutkan
Walau berstatus tim promosi, lini depan Parma sangat layak disebut salah satu paling menakutkan di Serie A musim ini. D’Aversa bisa memanfaatkan ketajaman Inglese di dalam kotak penalti. Kemudian Parma juga memiliki dua pemain cepat: Gervinho dan Antonio Di Gaudio, sangat bermanfaat dalam situasi serangan balik. Tidak heran, Inglese dan Gervinho sama-sama sudah membukukan dua gol.